Senin, 12 November 2012

Cerpen(Cintaku Semerah Strowbery)



Pelangi itu masih saja tampak jelas. Menghiasi langit yang dapat kutatap dengan begitu nyata.Mengubah hati dan jiwaku kembali indah. Seribu kemuraman dalam benakku sesaat hilang. Begitu cepat hingga semuanya terasa indah dan damai. Aku ingin selalu ada pelangi di setiap hariku karena aku ingin selalu bahagia tenang bersama jiwaku. Seseorang di sana tidak pernah mengetahui apa yang aku rasakan. Seseorang jauh di sana tidak tahu bila aku selalu merindukannya. Kapan kau akan memelukku dan mengatakan cinta padaku? Kapan kau akan mengecup keningku lalu kau katakan sayang padaku? Kapan kau akan menggenggam erat tanganku lalu kau katakan bahwa kau akan selalu hidup bersamaku?. Rasanya aku ingin hidup bahagia dengan dirinya yang selama ini kucintai. Oh..rasa cinta yang tak mungkin dapat tergantikan. Rasa rindu yang menggunung. Entah mengapa aku bisa seperti ini. Yorles adalah lelaki yang lembut, perhatian dan menyenangkan. Setelah pertemuan itu membuatku tidak bisa melupakannya. Pertemuan di mana aku dan Yorles di temukan. Di sebuah kebun strowbery. Pertama kita saling menatap ke dua bola mataku seolah-olah bercinta dengan ke dua bola matanya. Seyum indah mampu menyejukkan suasana di kebun itu. Setelah itu entah ke mana dia menghilang. Masih teringat jelas saat pertama kali dia menyapaku. Mengajakku berkenalan, bercanda dan kita berdua saling makan merahnya strowbery. Semerah cintaku pada Yorles, yang warnanya takkan bisa pudar. Aku mampu memahami apa yang Yorles rasakan. Kepolosannya membuatku yakin bahwa Yorles juga mencintaiku. Sayang sekali pertemuan itu hanya sejenak dan begitu singkat. Lelaki itu tidak memberiku alamat bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mengetahui siapa dia sebenarnya. Hanya kata-kata yang selalu kuingat bahwa suatu saat aku pasti bisa melihatnya kembali di sini, di kebun strowbery ini tetapi entah kapan itu juga tidak kutanyakan. Kini aku terpikat dalam kesetiaan yang begitu dalam dan panjang. Setiap akhir pekan sekali kudatangi kebun strowbery itu dengan harapan dapat kutemukan sosok Yorles nyata di depanku. Kesetiaan seorang wanita sepertiku dan kesejatian bersama tulusnya cinta dalam diriku ini kupertahankan. Mungkin aku yang terlalu mencintainya, mungkin aku yang terlalu berharap padanya, atau mungkinkah aku sudah menggilainya. Tidak sepantasnya wanita sepertiku terlalu berharap lebih. Tidak sepantasnya wanita sepertiku membiarkan kesetiaanku bertahan dengan tiada pasti. Sempat kuberfikir, bagaimana jika Yorles tidak akan pernah datang padaku. Bagaimana jika semuanya itu hanya sia-sia saja. Apa yang kutakuti ternyata benar. Aku lelah mendatangi taman itu karena Yorles tidak pernah ada. Aku lelah dengan semua ini. Keegoisanku sejenak luluh meredam. Aku yang tak seharusnya seperti itu. Aku yang tak seharusnya memaksakan diri seperti itu. Biarlah akhirnya penantian yang cukup melelahkan ini kuakhiri. Selama tiga tahun lamanya aku hidup dengan penantian yang berada dalam awang-awang, dan hidup dalam ketidakpastian akan kesetiaanku kepada Yorles.
 Langit-langit kamar menajdi saksi malam itu.  Aku hanya ingin Yorles tahu bahwa selama ini aku sudah setia menunggunya. Tidak semudah itu hati dan fikiranku habis tiada pasti memikirkannya setiap saat. Lelah itu kini hilang sedikit-sedikit. Rasa kecewa pun pasti ada. Aku yang salah, iya..memang aku akui selama ini aku yang salah. Biarku buang sejauh mungkin bayang-bayang Yorles dalam ingatanku. Takkan kudatagi lagi kebun strowbery itu. Biarlah., semuanya akan abadi mejadi sebuah kenangan. Sebuah pertemuan pertama yang pada akhirnya sekaligus pertemuan terakhir. Antara aku dan Yorles. Selamat tinggal Yorles, akan kucoba melupakanmu dan takkan pernah kuharapkan lagi dirimu datang di kebun  itu. Malam dengan seribu keheningan membawaku hanyut dalam fikiran kosong. Bergegas kuambil diary, kubuka kemudian tanganku mulai menuliskan sesuatu.
                                    Kini dedaunan menangis, jatuh berguguran
                                    Sepercik air berharap dapat memberinya tumbuh
                                    Pada pohon yang semakin hari semakin kering
                                    Musim kemarau kini menyambutku, dalam kegersangan
Bagaimana caranya agar aku dapat membuat jiwa dan hati ini kembali berseri dan bahagia seperi dulu. Menatap langit dengan pelangi penuh warna yang membawa sejuta keindahan. Di musim kemarau ini, tak ingin hatiku terbawa dalam kegersangan. Semuanya kupasrahkan pada takdir cinta. Sedikit kusesali selama aku setia menanti Yorles sebenarnya banyak yang mencoba mengetuk pintu hatiku. Ternyata aku terlalu terbawa dalam kesetiaan yang tak pasti sehingga pintu hatiku hanya akan terbuka untuk Yorles. Baru saja terbangun dari tidur nyenyakku, tiba-tiba di depan rumah sepertinya ada yang memanggilku. Segera kucuci mukaku dan cepat-cepat lari ke depan. Ternyata pak pos mengantarkan sepucuk surat entah dari siapa surat itu aku juga belum tahu. Surat itu ditujukan atas namaku dari Avdil, siapa sebenarnya pengirim surat ini. Selama ini aku tidak pernah memiliki teman bernama Avdil. Ingin kubuka tapi masih sedikit ragu. Hanya saja alamat itu memang benar alamat rumahku. Bismillahirohmanirrohim...perlahan-lahan kubuka surat itu dengan deg-degan. Kertas putih itu hanya ada tulisan satu kalimat saja, “Temui aku di kebun strowbery besok !’’. Kusambut hangatnya mentari di pagi yang cerah. Sinar yang mampu menyilaukan kedua mataku itu dengan cepat merespon fikiranku untuk kembali mengingat sosok Yorles. Kugenggam dengan penuh kebahagiaan berharap surat itu tiada lain adalah Yorles. Kebahagiaan yang luar biasa kurasakan di pagi itu. Ternyata penantianku selama ini tidak sia-sia. Kali ini aku yakin tidak akan sia-sia kedataganku di kebun strowbery besok. Biarlah mungkin saja Yorles sengaja memakai nama palsu, supaya aku penasaran dan inilah sebuah surprice untukku. Kulupakan janji-janjiku yang beberapa hari lalu pernah kukatakan, bahwa akan kulupakan Yorles dan takkan kuingat kembali. Datangnya surat itu membuat aku yakin bahwa itu Yorles. Malam itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hanya bayangan Yorles selalu menghantuiku. Tidak sabar juga rasnya ingin segera kusambut esok harinya untuk bertemu dengan Yorles. Datang juga hari yang kunantikan. Sebelum matahari menyambutku aku sudah semangat membereskan rumah agar aku bisa datang lebih awal ke kebun strowbery itu. Entah kapan Yorles akan datang ke tempat itu, akan tetap kutunggu karena di dalam surat hanya sesingkat itu saja tanpa jelas memberi tahu siang, sore atau malam menyuruhku untuk datang menemuinya. Iya..akhirnya sudah setengah hari aku sudah menunggu Yorles belum datang-datang juga. Sudah kupetik strowbery-strowbery itu yang akan kuberikan Yorles, dan akan kusambut dengan penuh kebahagiaan nantinya. Panas terik itu masih membuatku sedikit jenuh menunggu tetapi tidak apa-apa karena aku sudah terbiasa menantimu Yorles “gumamku dalam hati’’. Hari ini, takdir cinta akan mempertemukanku dengan seseorag yang kucintai dan yang selama ini kunanti. Sungguh...kebahagiaan yang tiada duanya. Mataku tiba-tiba terfokus pada seseorang yang berjalan ke arahku, semakin dekat semakin yakin bahwa itu benar-benar Yorles. Semakin berdebar juga jantung ini, terasa gemetar seluruh ragaku karena kebahagiaan yang tak bisa lagi kuungkapkan. Langkah kakinya semakin mendekatiku, dan kini benar-benar akan menjadi kenyataan bukan mimpi. Oh..ternyata orang yang berdiri dihadapanku bukanlah Yorles. Terasa lumpuh jiwa ragaku, lemas tak menentu. Haruskah aku kecewa lagi?.
Selamat siang , apakah Anda yang bernama Evrilia? dan sudah lama Anda menunggu di sini? ‘’tanya lelaki itu’’. Perkenalkan nama saya Avdil, saya adik kandung mas Yorles, Anda mengenali mas Yorles?. Sedikit lega rasanya setelah aku mendengar nama Yorles. Iya..benar sekali, saya yang bernama Evrilia dan cukup lama saya sudah menunggu kedatangan Anda. bolehkah saya tahu ke mana Yorles saat ini?. Begini, mas Yorles yang sengaja memintaku untuk mengirimkan surat kepada Anda dan atas nama saya. Mas Yorles juga yang meminta saya untuk menemui Anda di sini. Setelah kejadian itu.., ‘’ kemudian Avdil diam sesaat’’. Evril semakin penasaran dan merasa takut jika ada apa-apa dengan Yorles. Ada apa dengan Yorles? Ada apa?. Mas Yorles sengaja tidak datang ke kebun strowbery ini. Semuanya mas Yorles lakukan agar Anda tidak terlalu berharap kepadanya. Ternyata mas Yorles tahu bahwa Anda sangat mencintainya. Tidak dapat dipungkiri, sebenarnya mas Yorles juga merindukan Anda. Dia selalu bercerita tentang Anda yang pernah ditemuinya di kebun ini tiga tahun yang lalu. Tiga tahun setelah bertemu dengan Anda, mas Yorles mengalami kecelakann yang menyebabkan satu matanya cacat. Kini mas Yorles harus hidup dengan satu matanya. Mas Yorles beranggapan wanita secantik dan seanggun Anda tidak pantas untuk ditemui. Mas Yorles merasa malu, dan dia hanya menitipkan bunga ini untuk Anda. Saya hanya butuh Yorles apa pun itu alasannya, ‘’jawabku dengan tegas’’. Bagaimanapun keadaan Yorles, saya ingin sekali bertemu dengannya. Tolong...beri saya kesempatan untuk menemui Yorles. Katakan saya mencintainya dengan hati bukan yang lain. Tolong katakan, saya pun ingin hidup dengannya. Saya ingin berbagi suka dan duka dengannya membangun hidup dengnnya. Tahukah Anda selama ini saya sudah menanti Yorles selama tiga tahun. Rela kudatangi setiap akhir pekan kebun ini, hanya untuk menunggu kedatangnnya dan meskiupun pada akhirnya Yorles tidak juga datang. Semua itu bentuk cinta yang tulus dariku. Jika Yorles beranggapan aku akan meninggalkannya karena ketidaksempurnaan itu, sungguh bukan diriku, sama sekali bukan diriku yang seperti itu. Saat ini juga pertemukan aku dengan Yorles. ‘’Aku akan menjadi lelakimu saat ini dan selamanya karena Kaulah wanita terindah dalam hidupku’’. ‘’Maukah kau menjadi pendamping hidupku apa pun keadaanku saat ini’’?  ‘’suara itu tiba-tiba datang dari arah belakang’’. Ternyata Yorles benar-benar nyata dihadapanku. Terbang bersama tangis kebahagiaan. Cintaku semerah strowbery untukmu selamanya Yorles.., jangan pergi dariku. Kemudian Yorles memelukku. Akhirnya, terjawab sudah takdir cintaku.
***SEKIAN***