Senin, 12 November 2012

Cerpen (Keluarga Baru Vita)



Oleh; Sutriani
Keluarga Baru Vita
Ternyata Vita masih saja sedih. Semestinya tidak harus seperti itu yang Vita lakukan, agar hidupnya menjadi bertambah gairah dan semangat. Kepergian ayahnya membuat Vita harus bekerja keras membantu ibunya. Ayahnya meninggal semenjak Vita lulus SMA. Sebenarnya Vita ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menjadi anak yang dapat dibanggakan kedua orang tuanya. Apa lah daya, takdir memang tidak dapat ditentukan manusia, begitu pun Vita dan ibunya kepergian ayahnya bukan suatu harapan bagi mereka. Very adiknya yang baru saja dapat merangkak selalu saja menagis meminta susu. Pendapatan Vita tidak sebanding dengan apa yang dibutuhkan dalam setiap harinya. Vita dan ibunya bergantian bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah orang kaya tetangga sebelahnya. Adiknya setiap hari diasuh secara bergantian. Sampai kapan hidupku merasa terbebani seperti ini ..? ‘’tanya Vita dalam hati’’. Vita tidak biasanya mengeluh seperti itu, mungkin karena kesedihan benar-benar dirasakannya. Vita di setiap hari-harinya selalu merindukan sosok sang ayah. Gadis seusia Vita sangat sayang sakali, memiliki harapan dan cita-cita tinggi namun keadaan yang membuatnya harus seperti ini. Kepergian ayahnya meninggalkan banyak sekali kenangan, dilihatnya sebuah asbak rokok yang terbuat dari tanah liat itu tampak jelas dan masih ada di atas meja. Vita hanya menangis, seolah-olah ayahnya masih ada teringat juga semua jerih payah ayahnya selama bekerja sebagai penggali emas. Sesaat kemudian Vita bergegas dan sadar, bahwa tidak akan menyesali semua yang telah terjadi itu. Ayahku dapat melakukan semuanya untuk mencukupi kebutuhan keluargaku,mengapa aku tidak?,’’ gambaran ayahnya sebagai inspirasi yang membuatnya sejenak Vita sadar. Mulai hari ini semangatku takkan pernah luntur, tidak akan menyerah, insyaallah Tuhan selalu memberiku kemudahan. Sambil menggenggam ke dua tangan yang kemudian diketuk-ketukkan di dadanya.
            Seperti biasanya, Vita hari itu bergantian mulai bekerja sebagai pembantu di rumah tetangganya, dengan semangat yang luar biasa membuat aura Vita tampak ceria. Sebelum berangkat diciumnya dengan penuh kasih sayang ke dua pipi Very adiknya. Da..da...very sayang.., kakak kerja dulu ya?. ‘’Bu, Vita berangkat kerja dulu ya bu, Assalamualaikum. Ibu Vita merasa senang melihat Vita hari itu tidak seperi biasanya. Ada apa dengan anakku?,’’ ibunya hanya bertanya-tanya’’. Vita termasuk anak yang rajin, pemilik rumah itu pun tidak pernah memarahi Vita atau pun mengeluh dengan hasil pekerjaan Vita. Keluarga Vita meski penghasilannya biasa-biasa saja,  tetapi dibalik itu Vita memiliki harapan yang tinggi. Berbeda dengan pemilik rumah kaya ini. Anaknya yang kedua hanya menghabiskan waktunya untuk bersantai dan bersenang-senang selama hidupnya. Padahal usia anak laki-laki tuan rumah itu sudah dewasa. Sungguh sayang sekali, tidak memanfaatkan harta yang ada untuk mengejar cita-cita. Vita hanya dapat menghayal andaikan dia di posisi anak tuan rumah itu, mungkin gelar sarjana hampir diraihnya. Hem.. tetapi Vita tetap bersyukur dengan keadaan yang saat ini dialaminya. Hidup sederhana bersama adik dan ibunya.
Tidak heran jika setiap pagi Vita berangkat bekerja, Aldi anak bu Fatma selalu saja baru pulang dari main dan matanya merah berjalan pun sempoyongan. Sepertinya setiap malam kerjanya hanya mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Vita  menjadi penasaran, bagaimana bu Fatma dalam mendidik anaknya kok sampai-sampai anaknya seperti ini setiap hari. Karena Vita tidak dapat menahan rasa penasarany dengan berani Vita mendekati bu Fatma yang sedang duduk-duduk di ruang TV. Sudah selesai pekerjaannmu Vit? ‘’tanya bu Fatma dengan ramah,’’. Sini lo duduk dekat ibu, ini acaranya kok bagus-bagus ya Vit, sini..sini. Ada kue juga ini dimakan Vit. Kemarin ibu arisan jadi pulang dibawain kue sama bu Maya, enak lo Vit sini dimakan. Jangan malu-malu biasa saja di rumah ini Vit. Makasih bu.., ibu baik sekali, tapi kebetulan saya masih kenyang bu, tadi sebelum berangkat ke sini sudah sarapan di rumah. Em..mas Aldi bekerjanya lembur terus ya bu, kok setiap pagi baru pulang. Kasihan mas Aldi ya bu, ‘’tanya Vita dengan pura-pura tidak tahu’’. Bu Fatma pun tidak segera menjawab pertanyaan Vita, justru raut wajah bu Fatma seperti marah dan kesal. Akhirnya Vita merasa bersalah dan minta maaf kepada bu Fatma,’’ Bu maafkan Vita bu sudah lancang menanyakan hal yang tidak semestinya Vita tanyakan, maafkan Vita bu. Tidak Vita, ibu tidak marah. Hanya apa yang kamu nilai tentang Aldi anak ibu, tidak sama sekali benar Vita. Seperti itu lah Aldi selama ini. Shalat tidak pernah mau, disuruh kuliah tidak mau. Ibu heran Vita. Ayahnya juga sudah tidak berani menasehati Aldi. Benart-benar anak yang durhaka dia. Kalau dinasehati dia menawarkan untuk mengusir ayah dan ibunya. Kami berdua hanya bisa mendiamkan saja, sampai kapan dia bisa bertahan seperti itu, biarlah Vita. Sungguh ibumu bahagia sekali mendapatkan anak seperti kamu. Baik, sopan, shaleh ibu jadi kengan Leona anak pertama ibu. Mbak Leona itu sudah menikah, sekarang hidup dan tinggal bersama suaminya. Suasana siang hari itu menjadi akrab antara Vita dan bu Fatma. Tiba-tiba dari kamar, Aldi ke luar dan Vita merasa takut melihatnya. Bu..Vita takut melihat Mas Aldi bu. Sudah..biarkan saja wong setiap hari dia seperti itu Vit, bergadang bersama teman-temannya. Entah sudah habis berapa botol minuman saja anak itu. Komunikasi antara ayahnya dan  ibu terhadap dia pun tidak seakrab yang dulu.
Beberapa hari ini Vita menggantikan ibunya untuk mengasuh adiknya dirumah dan ibunya yang bergantian bekerja di rumah bu Fatma. Selama itu Vita tidak bercerita tentang perasaan bu Fatma yang sebenarnya, karena mungkin ibunya sudah lebih mengetahui sifat Aldi anak bu Fatma itu. Biar pun saat ini hidup keluarganya harus memulai dari awal tanpa pendapatan seorang ayah, yang penting bagi Vita bersama keluarga menjalani dengan kasih sayang itu saja sudah lebih dari cukup. Vita...vita.., buka pintunya nak, cepet sayang..! ‘’Vita dengan bergegas kemudian membuka pintu’’. Ada apa bu..? ada apa? Vita.., Aldi anak bu Fatma..,e...Aldi...anak bu..,iya bu, mas Aldi bu ada apa dengan mas Aldi bu? ‘’Sambil menghela nafas dan ibu Vita akhrinya menjelaskan kepada Vita’’. Begini Vita, tadi pagi ibu melihat nak Aldi baru pulang entah dari mana. Bu Fatma juga tidak menanyakan dari mana nak Aldi pulang. Setelah ibu selesai menyapu halaman depan bu Fatma, dari kamar nak Aldi tedengar suara meminta tolong. Bu Fatma tidak menghiraukan suara itu dan ibu pun tidak berani masuk kamar nak Aldi. Suara itu kemudian berhenti, dan tidak terulang sama sekali. Dua jam kemudian ibu masuk kamar nak Aldi, inalillahi nak Aldi meninggal dunia Vita, sepertinya kecanduan narkoba dan situasi sedang sakau tidak dapat tertolong lagi. Sekarang cepat kamu ganti baju, dan kita akan ke rumah bu Fatma.
Banyak orang yang berdatangan di rumah bu Fatma, mereka ikut berbela sungkawa atas kepergian Aldi anak bu Fatma. Kini bu Fatma di rumah hanya tinggal bersama suaminya, Via dan Vani kedua anak kembarnya yang masih duduk di sekolah dasar. Pak Risdam suami bu Fatma memutuskan agar keluarga Vita bisa tinggal di rumahnya selama-lamanya. Supaya Very adiknya, selalu ada di dekat ibunya meski pun setiap kali ibu Vita dan Vita bekerja. Anggaplah ini keluarga baru bu...,’’ungkap suami bu Fatma dengan tulus’’. Karena saya dan istri saya sangat senang jika ada yang merawat si kembar. Saat ini saya sering ke luar kota untuk mengurusi pekerjaan, jadi anak-anak biar tidak kesepian sepertinya sayang juga Via dan Vani dengan Very.  Biar Vita kursus menjahit saya yang akan membiayainya bu. Siapa tahu Vita memiliki bakat dan menjadi pengusaha sukses nantinya. Amin pak.., terimakasih pak, terima kasih banyak. Kini Vita pun memiliki keluarga baru dan hidup bahagia. Keluarga bu Fatma selama Vita dan keluarganya tinggal di sana tidak pernah sedikit pun menyinggung perasaan mereka. Vita dan keluarganya sangat bersyukur, karena kini diberi kemudahan dalam hidupnya.

***Sekian***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar