Jumat, 02 November 2012

Variai Bahasa Sosiolinguistik


                                PELBAGAI  VARIASI 

Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana mendefenisikan sosiolinguistik sebagain cabang linguistic yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kemudian dengan mengutip pendapat Fishman (1971: 4) Kridalaksana mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu ynag mempelajari ciri dan fungsi pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara bahasa dengan ciri dan fungsi itu dalam suatu masyarakat bahasa.  (Abdul Chaer, Leonie Agustina: 2010: 60).
1.      Variasi Bahasa
            Sebagai sebuah language sebuah bahasa mempunyai system dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan menusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini buka hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogeny, tetapi juga karena kegiatan interalsi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Keragaman bahasa akan bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya, bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa Arab yang luas wilayahnya dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai ke perbatasan Iran.
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua variasi atau ragam bahasa  itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Namun yang jelas variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.


2.      Variasi dari Segi Penutur
Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep iidiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan ‘’warna’’ suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah ‘’warna’’ suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bi8icaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Misalnya, bbahasa jawa dialek Banyumas memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang atau juga dialek Surabaya.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Yang mana variasai ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi maupun sintaksis.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau dsialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain-lainya. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasin bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar,slang, kolokial,jargon, argot, dan kent.



3.      Variasi dari Segi Pemmakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasai bahasa dalam bidang kegiatan ini yang palingb tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Variasi bahasa atau ragam bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa dari degi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara estetis memiliki ciri eufoni sastra dan daya ungkap paling tepat.
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam bahasa ilmiah yang juga dekenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan dengan masalah behasa itu digunakan untuk kegiatan apa.
4.      Variasi dari Segi Keformalan
Bardasarkan tingkat keformalan, dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris Style), yaitu gaya atau ragam beku, (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual) dan gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-uoacara resmi. Ragam usaha atau ragam konsulatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapata atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak reami uuntuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berkreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh

para peutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antar teman yang sudah karib.
5.      Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapaat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis,atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni, misalnya, dalam bertelepon dan bertelegraf.
Umpanyanya kalau kita menyurujh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan kita, maka lisan menunjuk atau mengarah pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan, ‘’ Tolong pindahkan ini!’’. Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus mengatakan, ‘ Tolong pindahkan kursi itu!’’. Jadi, dengan secara eksplisit menyebutkan kata kursi itu.
Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa dalam telegraf sebenanrnya termasuk dalam ragam bahasa tulis; tetapi kedua macam sarana komunikasi itu mempunyai ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri-sendiri, menyebabkan kita tidak dapat menggunakan ragam lisan dan  ragam tulis semau kita. (Abdul Chaer, Leonie Agustina: 2010: 60-72).
           

Daftar Pustaka

Agustina, Leonie dan Abdul Chaer. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar