PELBAGAI VARIASI
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok
dalam studi sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana mendefenisikan
sosiolinguistik sebagain cabang linguistic yang berusaha menjelaskan ciri-ciri
variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan
ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kemudian dengan mengutip pendapat Fishman
(1971: 4) Kridalaksana mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu ynag
mempelajari ciri dan fungsi pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara
bahasa dengan ciri dan fungsi itu dalam suatu masyarakat bahasa. (Abdul Chaer, Leonie Agustina: 2010: 60).
1. Variasi
Bahasa
Sebagai sebuah language sebuah bahasa mempunyai system dan subsistem yang dipahami
sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun karena penutur bahasa tersebut, meski
berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan menusia yang homogen,
maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Terjadinya keragaman atau
kevariasian bahasa ini buka hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogeny, tetapi juga karena kegiatan interalsi sosial yang mereka lakukan
sangat beragam. Keragaman bahasa akan bertambah kalau bahasa tersebut digunakan
oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.
Misalnya, bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa Arab
yang luas wilayahnya dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai ke perbatasan
Iran.
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama variasi atau ragam
bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu
dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua variasi
atau ragam bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka
ragam. Namun yang jelas variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan
berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat
sosial.
2. Variasi
dari Segi Penutur
Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan
penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut
konsep iidiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan ‘’warna’’ suara, pilihan
kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan
adalah ‘’warna’’ suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang,
hanya dengan mendengar suara bi8icaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat
mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah
yang disebut dialek, yakni variasi
bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu
tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah
atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek
geografi. Misalnya, bbahasa jawa dialek Banyumas memiliki ciri tersendiri
yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek
Semarang atau juga dialek Surabaya.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang
disebut kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa
yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan, dan variasi
yang digunakan pada masa kini. Yang mana variasai ketiga zaman itu tentunya
berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi maupun sintaksis.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya
adalah apa yang disebut sosiolek atau
dsialek sosial, yakni variasi bahasa
yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia,
pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan
lain-lainya. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan
status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasin
bahasa yang disebut akrolek, basilek,
vulgar,slang, kolokial,jargon, argot, dan kent.
3. Variasi
dari Segi Pemmakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi
bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer,
pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan
keilmuan. Variasai bahasa dalam bidang kegiatan ini yang palingb tampak cirinya
adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai
sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain.
Variasi bahasa atau ragam bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa
dari degi estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara
estetis memiliki ciri eufoni sastra dan daya ungkap paling tepat.
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang
ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang
penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam bahasa ilmiah yang juga dekenal
dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam
metafora dan idiom. Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan tentang
register ini biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan
dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register
berkenaan dengan masalah behasa itu digunakan untuk kegiatan apa.
4. Variasi
dari Segi Keformalan
Bardasarkan tingkat keformalan, dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa
atas lima macam gaya (Inggris Style),
yaitu gaya atau ragam beku, (frozen), gaya
atau ragam resmi (formal), gaya atau
ragam usaha (konsultatif), gaya atau
ragam santai (casual) dan gaya atau
ragam akrab (intimate). Ragam beku adalah
variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi
khidmat, dan upacara-uoacara resmi. Ragam
usaha atau ragam konsulatif adalah
variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan
rapat-rapata atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak reami uuntuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
waktu beristirahat, berkreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim
adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
para
peutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga, atau antar
teman yang sudah karib.
5. Variasi
dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapaat pula dilihat dari segi sarana
atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan
ragam tulis,atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat
tertentu, yakni, misalnya, dalam bertelepon dan bertelegraf.
Umpanyanya
kalau kita menyurujh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan
kita, maka lisan menunjuk atau mengarah pandangan pada kursi itu kita cukup
mengatakan, ‘’ Tolong pindahkan ini!’’. Tetapi dalam bahasa tulis karena tiadanya
unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus
mengatakan, ‘ Tolong pindahkan kursi itu!’’. Jadi, dengan secara eksplisit
menyebutkan kata kursi itu.
Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa dalam telegraf sebenanrnya termasuk dalam
ragam bahasa tulis; tetapi kedua macam sarana komunikasi itu mempunyai
ciri-ciri dan keterbatasannya sendiri-sendiri, menyebabkan kita tidak dapat
menggunakan ragam lisan dan ragam tulis
semau kita. (Abdul Chaer, Leonie Agustina: 2010: 60-72).
Daftar
Pustaka
Agustina,
Leonie dan Abdul Chaer. 2010. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar