Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif terhadap bahasa terkait juga
dengan gagasan tentang konteks ekstra linguistic, namun dengan cakupab yang
lebih lengakap dan lebih luas, karena bertitik tolak dari komunikasi sebagai
fungsi utama dalam penggunaan bahasa. Dengan menitik beratkan pada fungsi utama
sebagai alat komunikasi itu, pendekatan komunikatif pada penyelenggaraan
pembelajaran bahasa dan tes bahasa, tidak pertama-tama mengedepankan struktur
bahasa dengan komponen-komponen dan unsur-unsurnya secara terpisah-pisah dan
berkecil-kecil. Pendekatan komunikatif bahkan juga tidak berangkat dari
pemahaman tentang penggunaan bahasa dengan sekedar mempertimbangkan peranan
unsur-unsur ekstra linguistic, seperti halnya pendekatan pragmatic.pendekatan komunikatif
menjangkau cakupan yang lebih luas dengan menelaah penggunaan dan pemahaman
bahasa dari fungsi utamanya, yaitu melakukan komunikasi dengan mengandalkan
penggunaan kemampuan komunikatif. Adapun kemampuan komunikatif itu mula-mula
dipahami antara lain sebagai:
Kamampuan untuk memahami atau mengungkapkan apa yang
sudah atau perlu diungkapkan, dengan menggunakan berbagai unsur bahasa yang
terdapat di semua bahasa, dalam memahami ungkapan-ungkapan yang ada secara
luwes dan disesuaikan dengan perubahan yang senantiasa timbul, tidakl
semata-mata berdasarkan nilai-nilai konvensional yang sudah baku. Pemahaman
terhadap kemamopuan komunikatif itu lebih lanjut dijabarkan sebagai terdiri
dari penguasaan terhadap tiga komponen utama, masing-masing adalah (1) kemampuan
bahasa (language competence), yang
meliputi berbagai unsur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi lewat bahasa,
termasuk struktur, kosa kata, prosodi , makna, (2) kemampuan strategis (strategic competence), yaitu kemampuan
untuk menerapkan dan memanfaatkan komponen-komponen kemampuan bahasa dalam
berkomunikasi lewat bahasa senyatanya, dan (3) mekanisme psiko-fisiologis (psychophysiological mwchanism), yaitu
proses psikis dan neurologis yang digunakan dalam berkomunikasi lewat bahasa.
Secara lebih singkat, padat, dan sekaligus lebih mudah dipahami, kemampuan
komunikatif didefinidikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai
dengan situasi nyata, baik secara reseptif maupaun secara produktif.
Penerapan kemampuan komunikatif pada tes bahasa
komunikatif didasarkan pada rincian rumusan yang banyak digunakan, yang
memahami kemampuan komunikatif itu sebagai terdiri dari kemampuan linguistic(linguistic competence), kemampuan
sosiolinguistik (sociolinguistic competence) kemampuan wacana (discourse competence), dan kemampuan
strategis (strategic competence). Di
tengah berbagai upaya untuk memahami dan mendefinisikan kemampuan komunikatif
yang dimaknai sebagai upaya untuk menggunakan kemampuan linguistic yang cocok
dengan situasi nyata kiranya dapat digunakan. Dalam keadaan semacam itu,
intensitas pengembangan tes yang sepenuhnya komunikatifmasih amat terbatas (
Soenardi Djiwandono 2011: 27-29).
Pendekatan yang cukup populer dalam pengajaran
bahasa adalah pendekatan komunikatif, pendekatan komunikatif ini lahir akibat
adanya ketidakpuasan para prektisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai
oleh metode tatabahasa-terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaiidah
tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang diharapkan
dari belajar bahasa. Pendekatan ini baru dikenal di Indonesia pada era tahun
80-an, padahal perkembangannya di negara lain relative lebih lama.
Di Indonesia,n para ahli bahasa banyak menghabiskan
waktu pada perdebatan definisi dari pendektan komunikatif itu sendiri, karena
semua hal yang dianggap berhadil dalam pengajaran bahasa dikatakan menggunakan
pendekatan komunikatif, yang baik. Tentunya saja hal tersebut masih memerlukan
pemikiran yang lebih jauh. Pendekatan komunikatif memiliki ciri sebagai
berikut:
a. Acuan
berpijaknya adalah membimbing peserta didik dan fungsi bahasa,
b. Tujuan
belajar bahasa adalah membimbing peserta didik agar mampu berkomunikasi dalam
situasi yang sebenarnya,
c. Silabus
pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa,
d. Peranan
tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui
e. Tujuan
utama adalah komunikasi yang bertujuan,
f. Peran
pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik dalam
berkomunikasi diperluas,
g. Kegiatan
belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta didik sendiri, dan
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
Pendekatan-pendekatan
inilah yang kemudian memunculkan sejumlah metode baru dalam pembelajaran bahasa
kedua. Bahasa makin ditegaskan fungsinya sebagai alat komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajar harus mampu berineraksi secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran harus menguasai kaidah-kaidah
atau aturan-aturan kebahasaan, serta harus mampu menggunakannya dalam
berbagai kegiatan sehari-hari. Dalam pelaksanaan opembelajaran pengajar dapat
merancangproses pembelajaran, pengajar dapat membagikan bahan ajar yang berisi
salinan atau kutipan dari surat kabar. Bahan ajar demikian diperlukan sebagai
bahan ajar jenis dokumen otentik.pembelajar diminta untuk menggarisbawahi tujuan
penulisan berita. Proses pem,belajaran ini prinsipnya adalah belajar memahami
inti berita (Iskandarwassid, Dadang Sunendar 2008: 55-56).
Latar belakang
munculnya pendekatan komunikatif
1. Ketidakpuasan akan beberapa teori
bahasa: tradisional, struktural, dan mentalistik yang menekankan pembelajaran
bahasa pada teori bahasa.
2. Adanya penekanan kurikulum dan kepentingan humaniora. Perubahan kurikulum saat itu masih tetap menekankan pada pemahaman teori-teori bahasa. Akibat dari kondisi ini, siswa secara teori mampu mengusai ilmu bahasa tetapi penggunaan bahasa dalam komunikasi masih kurang.
3. Muncul pendekatan komunikatif tahun 1980. Kemunculan pendekatan ini membawa angin segar dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Ciri-ciri pendekatan Komunikatif
1. Adanya kegiatan komunikasi fungsional dan interaksi sosial yang saling berkaitan erat
2. Pembelajaran berorientasi pada pemerolehan kompetensi komunikatif, bukan ketepatan gramatikal
3. Pembelajaran diarahkan pada modifikasi dan peningkatan murid dalam menemukan kaidah bahasa lewat kegiatan berbahasa
4. Materi pembelajaran berangkat dari analisis kebutuhan berbahasa pembelajar
Pentingnya faktor afektif dalam belajar bahasa
Dengan pembelajaran komunikatif, siswa diharapkan mangusai kompetensi komunikatif. Karakteristik kompetensi Komunikatif
1. Bersifat dinamis. Kompetensi bahasa selalu berubah-ubah menuju ke arah kemajuan sesuai dengan kemajuan dan berkembangan bahasa.
2. Meliputi bahasa lisan dan tulis. Siswa dianggap memiliki kompetensi bahasa apabila mereka menguasai bahasa secara lisan dan tulisan baik dalam tataran reseptif maupun produktif.
3. Bersifat kontekstual sesuai dengan kondisi yang ada.
4. Meliputi kompetensi bahasa dan performansi bahasa
5. Bersifat relatif
2. Adanya penekanan kurikulum dan kepentingan humaniora. Perubahan kurikulum saat itu masih tetap menekankan pada pemahaman teori-teori bahasa. Akibat dari kondisi ini, siswa secara teori mampu mengusai ilmu bahasa tetapi penggunaan bahasa dalam komunikasi masih kurang.
3. Muncul pendekatan komunikatif tahun 1980. Kemunculan pendekatan ini membawa angin segar dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Ciri-ciri pendekatan Komunikatif
1. Adanya kegiatan komunikasi fungsional dan interaksi sosial yang saling berkaitan erat
2. Pembelajaran berorientasi pada pemerolehan kompetensi komunikatif, bukan ketepatan gramatikal
3. Pembelajaran diarahkan pada modifikasi dan peningkatan murid dalam menemukan kaidah bahasa lewat kegiatan berbahasa
4. Materi pembelajaran berangkat dari analisis kebutuhan berbahasa pembelajar
Pentingnya faktor afektif dalam belajar bahasa
Dengan pembelajaran komunikatif, siswa diharapkan mangusai kompetensi komunikatif. Karakteristik kompetensi Komunikatif
1. Bersifat dinamis. Kompetensi bahasa selalu berubah-ubah menuju ke arah kemajuan sesuai dengan kemajuan dan berkembangan bahasa.
2. Meliputi bahasa lisan dan tulis. Siswa dianggap memiliki kompetensi bahasa apabila mereka menguasai bahasa secara lisan dan tulisan baik dalam tataran reseptif maupun produktif.
3. Bersifat kontekstual sesuai dengan kondisi yang ada.
4. Meliputi kompetensi bahasa dan performansi bahasa
5. Bersifat relatif
Prosedur Pembelajaran Komunikatif
Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas bahasa
yang berdasarkan pendekatan komunikatif, Finochiaro dan Brumfit (dalam Azies,
1996), menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran untuk tingkat sekolah
menengah pertama. Garis besar tersebut sebagai berikut.
a. Penyajian Dialog Singkat
Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan
cara menghubungkan situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
Pelatihan ini diawali dengan contoh yang dilakukan oleh
guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama,
setengah, kelompok kecil, atau secara individu.
c. Tanya-Jawab
Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, tanya-jawab yang
berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua, tanya-jawab tentang topik itu
dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.
d. Pengkajian
Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang
terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan
contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.
e. Penarikan Simpulan
Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata
bahasa yang terkandung dalam dialog.
f. Aktivitas Interpretatif
Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang
dilisankan.
g. Aktivitas Produksi Lisan
g. Aktivitas Produksi Lisan
Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada
aktivitas yang bebas.
h. Pemberian Tugas
Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah
i. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan (Tarigan,
1991).
Daftar pustaka
Djiwandono,
soenardi.2011.Tes Bahasa Pegangan bagi
Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Indeks.
Sunaendar,
dadang dan Iskandarwassid. 2008. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bnadung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar